Namaku Rina, aku wanita 21 tahun,aku sama seperti wanita-wanita yang lain tidak ada yang berbeda dengan diriku, wajahku cantik, rambutku panjang, tubuhku langsing dan sexy. Tidak heran banyak laki-laki yang mendekati aku dan ingin aku menjadi pacarnya, tapi semua aku tolak. Aku tidak mau membohongi diriku, dan aku tidak mau menyakiti diriku sendiri. Aku kadang iri jika melihat ada teman yang lagi mesra-mesraan dengan pacarnya, aku juga ingin seperti mereka, tapi.... Tapi itu tidak mungkin, aku mana mungkin bisa mesra-mesraan seperti mereka. Kadang aku marah kepada penciptaku, kenapa aku di ciptakan seperti ini. Aku sering mengadu kepada penciptaku, aku bosan hidup seperti ini hidup bagaikan memakai topeng, orang-orang melihat aku selalu ceria tapi mereka tidak melihat kalau hatiku sebenarnya menangis. Di saat keputus asaanku sang pencipta mengirim seseorang yang bisa mengerti akan diriku.
Waktu itu di hari pertama aku kerja, aku di terima kerja sebagai seorang staf keuangan sesuai dengan ilmu yang aku ambil waktu kuliah. Di kantor baruku ini tidak ada seorang pun yang aku kenal, sampai di saat istirahat makan siang ada seseorang yang duduk di sampingku, orang itu lalu menyapaku.
Hesty: " Hai... Boleh aku duduk di sini? "
Aku: " oh ya... Silahkan "
Hesty: " kamu karyawan baru ya? "
Aku: " iya, aku karyawan baru, baru masuk hari ini "
Hesty: " kenalin aku Hesty, aku di bagian marketing "
Aku: " aku Rina, senang bisa kenal kamu "
Dan kami pun saling berjabat tangan, selesai makan siang kami kembali ke kantor sama-sama.
Di halte aku melihat sosok Hesty, dia menunggu angkutan di halte ini juga, berarti rumah kami berdekatan dong, bener saja. Setelah aku tanya rumah hesty ternyata beberapa blok saja dari rumahku, maklum hidup di kota biar rumah berdekatan tapi tidak saling kenal.
Aku: " kamu ngangkot juga? "
Hesty: " iya ni, cowokku lagi tugas ke luar kota, biasanya dia yang antar. Kebetulan kantor aku sama pacarku satu arah, kamu sendiri kok ngangkot juga? "
Aku: " iya ni... Motorku masuk bengkel "
Hesty: " senasip dong kita,,,, "
Sejak tau rumah kami berdekatan kami jadi makin akrab, kadang kami pergi dan pulang kerja bareng, tidak jarang aku dan Hesty saling menginap, pokoknya makin hari kami makin akrab.
Di suatu malam saat Hesty nginap di rumahku, saat itu aku berterus terang kepada hesty kalau aku Lesby, dan saat itu aku sudah siap apa pun keputusan Hesty, dan ternyata Hesty bisa menerima aku apa adanya, Hesty lalu memelukku dan memberi aku semangat, aku hanya bisa menangis, menangis bahagia. Bahagia bisa mempunyai sahabat sehebat Hesty.
Hesty: " sudah... Kamu gak usah menangis lagi, aku bisa ngertiin kamu kok, aku sebenarnya sudah tahu lama, aku tau kamu dengan siska bukan teman biasa, tapi kalian pacaran "
Aku: " terima kasih ya Hes.... Tuhan telah mengirim sahabat yg benar-benar hebat buat aku "
Setelah kejadian malam itu aku merasa hidupku indah, ini memang yang aku inginkan, aku ingin orang-orang mengenal siapa aku sebenarnya, tapi tidak semua orang seperti Hesty, bisa menerima kekurangan seseorang.
Di saat Siska mengkhianati cintaku, di pundaknya Hestilah aku menangis, aku curahkan semua rasa sakitku di pundak hesty, Siska yang selama ini aku sayang dan cintai tega-teganya menghianati aku, seandinya Hesty tidak ada mungkin aku sudah mengakhiri hidupku. Hesti selalu memberiku semangat, sampai aku benar-benar melupakan Siska.
Siang di kantor aku lihat orang-orang pada ribut di ruangannya Hesty, karena orang-orang ribut aku pun jadi panik, aku pun pergi ke ruangan Hesty, Astga ternyata Hesty pingsan, orang-orang pada panik termasuk aku juga panik, aku memang tau kalau Hesty setiap hari rutin mengkonsumsi obat, dia bilang itu obat asma. Langsung aja Hesty kami bawa ke rumah sakit, dan aku ikut mengantarnya ke rumah sakit. Sampai di rumah sakit Hesti belum juga siuman.
Setengah jam setelah Hesty di rumah sakit kedua orang tuanya datang, saat itulah aku baru tau ternya Hesty punya penyakit jantung.
Aku melihat kedua orang tua Hesty keluar dari ruang dokter dengan muka tertunduk, aku makin cemas melihatnya. Ibu Hesti memelukku dan menangis, aku jadi ikut menangis juga.
Aku: " Hesty kenapa tante? Hestyn kenapa tante? Hesty kenapa tante? "
Berulang-ulang aku nanya tapi ibunya Hesty hanya menangis.
Ayah Hesty : " Hesty sekarang koma, kata dokter jantungnya sudah tidak kuat lagi, Hesty sudah tidak punya harapan hidup lagi, Kecuali... "
Aku: " KECUALI APA OM????? "
Ayah Hesty: " kecuali dia cangkok jantung, tapi itu mustahil, donatur untuk jantung susah. "
Ketika mendengr itu aku langsung masuk ke ruangan dokter yang merawat Hesty.
Aku: " Dok, saya bersedia mendonorkan jantungku untuk hesty "
Dokter: " sebelumnya kami berterima kasih kepada anda yang mau jadi donor jantung untuk Hesty, tapi kami di larang mengambil donor kepada orang yang masih hidup "
Aku: " tapi dok, saya iklas mendonorkan jantung saya untuk Hesty "
Dokter: " tapi kami tidak bisa melakukannya "
Mendengar ucapan dokter aku hanya bisa menangis, aku hanya ingin menyelamatkan Hesty, aku tidak perduli dengan nyawaku, semua yang aku miliki akan aku berikan agar sahabatku bisa tersenyum lagi.
Satu persatu nomor di ponselku aku pencet, tidak lama ada suara di ujung telepon.
Aku: " bisa di sambungkan dengan Dokter Ferry? "
Operator Rumah Sakit: " baik, mohon di tunggu sebentar "
Dr Ferry: " selamat malam, dengan Dr Ferry. Ada yang bisa saya bantu "
Aku: " malam dok,, ini aku Rina yg siang tadi mau mendonorkan jantung untuk Hesty "
Dr Ferry: " oh iya, ada apa ya? "
Aku: " begini dok, kata dokter tidak mungkin mendonorkan organ kalo pendonor masih hidup kan? Kalo pendonor sudah meninggal baru boleh ya dok? "
Dr Ferry: " iya, seperti itu peraturannya "
Aku: " jika memang peraturannya seperti itu saya akan lakukan dok, saya minta dokter sekarang juga datang ke Plaza Kumala, ambil jantung saya buat Hesty dok, saya mohon dokter segera ke sini biar pengorbanan saya untuk Hesty tidak sia-sia "
Dr Ferry : " tapi... Tut...tut...tut....tut... ( Teleponnya terputus ) "
Aku lepas handpond yang aku pakai untuk menelpon Dr Ferry, aku lihat handponenya meluncur cepat ke bawah lalu hancur berkeping-keping saat menyentuh tanah. Saat ini aku berdiri di lantai paling tinggi Plaza Kumala, sambil tersenyum dan menyebut nama Hesty aku lalu menjatuhkan diri ke tanah, tubuhku melayang dan menyentuh tanah dengan keras, saat itu aku lihat diriku sendiri tergeletak tak berdaya, kepalaku pecah. Aku tidak sanggup lama-lama melihat jasadku, aku melihat beberapa orang menghampori jasadku, aku kembali tersenyum saat aku melihat Dr Ferry juga ada di kerumunan orang-orang itu.
Aku mengikuti jasadku yg kini di masukkan ke dalam ambulance, sesampai di rumah sakit Dr Ferry lalu memasukkan jasadku ke ruang operasi, di ruang operasi aku lihat Hesty baring di samping jasadku, aku lihat Dr Ferry memindahkan jantungku ke dalam tubuh Hesty, aku menyaksikan operasi itu sampai selesai, aku setia berdiri di samping tubuh Hesty, Hesty masih terdiam,tubuhnya kaku. Aku tidak akan pergi sebelum Hesty membuka matanya.
Aku melihat kedua orangtua Hesty, menangis di samping Hesty, aku coba berbicara kepada kedua orang tua Hesty, aku sudah teriak-teriak tapi kedua orang tua Hesty tetap tidak mendengar aku.
Aku perhatikan, jari-jari tangan Hesty mulai bergerak, dan matanya mulai terbuka, saat matanya terbuka,mulutnya mulai terbuka, tapi aku tidak mendengar apa yang Hesty ucapkan, lama-lama suara Hesty baru bisa aku dengar, Berulang-ulang dia berucap " TERIMA KASIH RINA... TERIMA KASIH RINA... TERIMA KASIH RINA..... "
Hesty seolah-olah melihat aku, tangannya terbuka seolah-olah mau memeluk aku, aku hanya bisa tersenyum, dan aku juga merenggangkan tanganku ingin memeluknya, tapi ada kekuatan yang menarikku ke atas semakin lama kami semakin jauh, aku melihat air mata Hesty menetes, aku hanya bisa bilang " SAHABAT, JAGA JANTUNGKU BAIK-BAIK. JIKA AKU KANGEN DIA AKAN BERDENYUT CEPAT "
# HANYA KISAH FIKTIF, KESAMAAN NAMA TOKOH DAN TEMPAT KEJADIAN HANYA KEBETULAN SEMATA #
Tidak ada komentar:
Posting Komentar